IDENESIA.CO - Menjadi salah satu dari lima daerah yang dinilai paling siap, Kota Samarinda bergerak cepat dalam menindaklanjuti Instruksi Presid...
IDENESIA.CO - Menjadi salah satu dari lima daerah yang dinilai paling siap, Kota Samarinda bergerak cepat dalam menindaklanjuti Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 8 Tahun 2024.
Tak menunggu pembangunan fisik rampung, Pemerintah Kota memastikan proses belajar mengajar Sekolah Rakyat akan berjalan, dimulai dengan 100 siswa pertama.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Samarinda, Asli Nuryadin, mengungkapkan, 50 siswa dari jenjang SD dan 50 siswa dari SMP telah terpilih melalui proses seleksi ketat berbasis verifikasi Dinas Sosial.
"Kami tidak ingin anak-anak ini menunggu terlalu lama. Pendidikan harus segera dimulai, apapun tantangannya," tegas Nuryadin saat ditemui di sela rapat koordinasi, Rabu (24/4/2025).
Karena gedung sekolah permanen belum selesai dibangun, sementara proses belajar akan dilakukan di fasilitas sewaan di kawasan Kampus Melati.
Hal ini dilakukan agar anak-anak yang berasal dari kelompok ekonomi rentan tetap mendapatkan hak pendidikan tanpa jeda.
"Kami sudah siapkan fasilitas sementara. Intinya, anak-anak harus mulai belajar. Kami percaya, ruang bukan hambatan untuk memulai pendidikan yang berkualitas," tambahnya. Asli Nuryadin menjelaskan, berbeda dari sekolah reguler, rekrutmen Sekolah Rakyat dilakukan dengan pendekatan berbasis data.
Peserta dipilih dari anak-anak yang termasuk dalam kategori desil 1 dan 2, yakni kelompok masyarakat paling rentan secara ekonomi.
"Semua berbasis data Dinas Sosial. Ini bukan siapa cepat dia dapat. Prioritas diberikan kepada anak-anak yang benar-benar membutuhkan," jelasnya.
Ia menambahkan, pendekatan ini diharapkan memastikan keadilan dalam kesempatan mengakses pendidikan bermutu bagi keluarga kurang mampu.
Menariknya, Sekolah Rakyat tidak hanya mengedepankan kurikulum akademik, tetapi juga fokus membentuk karakter, kemandirian, dan kebiasaan hidup sehat.
"Kami ingin mengajarkan hal-hal sederhana tapi penting, seperti mencuci tangan dengan benar, memakai teknologi secara bijak, dan menjaga kerapihan diri," paparnya.
Program ini akan berbentuk boarding school atau sistem berasrama, sehingga karakter dan kebiasaan baik bisa dibentuk sejak usia dini dalam lingkungan yang terkontrol. Meski tahapan perencanaan daerah sudah selesai, pembangunan fisik sekolah tetap bergantung pada keputusan dari pemerintah pusat.
"Kami di daerah sudah siap, baik dari sisi lahan, administrasi, maupun sumber daya. Tapi desain fisik dan rekrutmen guru masih menunggu dari kementerian," ujarnya.
Samarinda bergabung bersama Kutai Kartanegara, Penajam Paser Utara, Mahakam Ulu, dan Provinsi Kalimantan Timur sebagai pilot project program nasional ini.
"Ini bukan hanya soal kesiapan fisik, tapi kesiapan mental dan komitmen untuk mewujudkan pendidikan yang lebih merata dan berkualitas," tutup Asli Nuryadin.
(Redaksi)