IMG-LOGO
Home Sosok Mantan Sandera Hamas: Saya Lebih Merasa Aman di Gaza daripada di Israel
sosok | umum

Mantan Sandera Hamas: Saya Lebih Merasa Aman di Gaza daripada di Israel

oleh VNS - 06 Mei 2025 15:11 WITA

Mantan Sandera Hamas: Saya Lebih Merasa Aman di Gaza daripada di Israel

Pernyataan mengejutkan datang dari Mia Schem, perempuan Israel berusia 23 tahun yang pernah disandera Hamas pada Oktober 2023. Dalam wawancaranya deng...

IMG
POTRET - Mia Schem, perempuan Israel berusia 23 tahun yang pernah disandera Hamas pada Oktober 2023. foto: Instagram


IDENESIA.CO - Pernyataan mengejutkan datang dari Mia Schem, perempuan Israel berusia 23 tahun yang pernah disandera Hamas pada Oktober 2023. Dalam wawancaranya dengan surat kabar Maariv, Schem mengaku lebih aman saat ditawan oleh Hamas dibanding ketika tinggal di negaranya sendiri, setelah menjadi korban kekerasan seksual oleh seorang tokoh publik. 

Schem dibebaskan pada November 2023 sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas. Namun, belum genap setahun setelah kebebasannya, ia kembali menghadapi trauma mendalam kali ini bukan dari kelompok bersenjata, melainkan dari dalam negerinya sendiri.

Awal Mei 2025, Mia secara terbuka mengidentifikasi dirinya sebagai korban dalam sebuah kasus dugaan pemerkosaan oleh seorang pelatih pribadi terkenal di Tel Aviv. Pria tersebut dikenal luas di media sosial dan memiliki koneksi dengan sejumlah selebritas, bahkan mantan perdana menteri.

Menurut laporan Maariv, Mia menyatakan bahwa kejadian tersebut terjadi di rumahnya sendiri. Ia menduga telah diberi obatbius, karena tidak mengingat secara jelas kejadian tersebut. Meski dugaan kuat telah diajukan, proses hukum tak berpihak padanya.

Media Israel menyebutkan bahwa tersangka gagal dalam tes poligraf, namun tetap dibebaskan dari tahanan karena dianggap kurang bukti. Tidak hanya itu, Schem justru dituduh berbohong demi menarik perhatian publik, menciptakan narasi bahwa ia mencari sensasi belaka.

Potret Suram Sistem Peradilan Kekerasan Seksual di Israel

Pernyataan Schem bahwa ia merasa lebih aman di Gaza ketimbang di Israel, menyoroti krisis kepercayaan terhadap sistem peradilan Israel, terutama dalam menangani kasus kekerasan seksual.

Data dari Asosiasi Pusat Krisis Pemerkosaan Israel mengungkapkan bahwa:

  • Pada 2023, 6.405 penyelidikan kasus pemerkosaan dibuka oleh Kepolisian Israel.

  • 81% kasus ditutup tanpa dakwaan.

  • Hanya 16% yang dilanjutkan ke pengadilan.

  • Sisanya, sekitar 2%, diselesaikan melalui penyelesaian bersyarat.

Ini berarti, hampir sembilan dari sepuluh kasus kekerasan seksual di Israel tidak pernah sampai ke pengadilan.

Stigma Ganda dan Trauma Berlapis

Kisah Mia Schem menjadi gambaran nyata bagaimana korban kekerasan seksual dihadapkan pada trauma berlapis: pertama sebagai korban kejahatan, kedua karena sistem hukum yang gagal melindungi, dan ketiga dari stigma sosial yang meragukan integritas mereka.

Bagi Schem, yang sebelumnya menjadi simbol penderitaan akibat penyanderaan, kini harus memikul luka yang lebih dalam: ketidakpercayaan terhadap negara yang seharusnya melindunginya.

“Saya merasa lebih aman di Gaza,” kata Schem, pernyataan yang menggema sebagai tamparan keras bagi sistem hukum dan perlindungan korban di Israel.

Identitas pelaku dalam kasus ini masih dilindungi karena pengadilan mengeluarkan perintah penyekapan terhadap seluruh pihak yang terlibat dalam proses penyelidikan.

(Redaksi)