Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo akan menjadi bagian dari sejarah penting Gereja Katolik karena dirinya terbang ke Vatikan untuk mengikut...
DENESIA.CO - Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo akan menjadi bagian dari sejarah penting Gereja Katolik karena dirinya terbang ke Vatikan untuk mengikuti pemilihan Paus baru.
Ia akan mewakili Indonesia dalam conclave, proses tertutup yang hanya diikuti oleh para kardinal terpilih dari seluruh dunia.
Dalam konferensi pers yang digelar pekan lalu, Kardinal Suharyo menyampaikan bahwa ia akan berangkat pada 4 Mei 2025, beberapa hari sebelum conclave resmi dimulai pada 7 Mei. Proses ini merupakan tindak lanjut dari wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April lalu.
"Saya akan berangkat ke Vatikan pada tanggal 4 Mei untuk mengikuti pemilihan Paus yang baru," kata Suharyo.
Ini akan menjadi pengalaman pertama Suharyo mengikuti conclave, meskipun ia sudah akrab dengan dinamika sidang-sidang tingkat tinggi Gereja Katolik.
Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Fransiskus pada tahun 2019 dan kini menjadi salah satu dari sekitar 120 kardinal yang memiliki hak suara karena masih berusia di bawah 80 tahun. Meski demikian, Suharyo menegaskan bahwa dirinya tidak memiliki persiapan khusus menghadapi proses penting ini.
“Saya sendiri tidak mempunyai persiapan apa-apa untuk mengikuti konklaf. Ikut saja. Karena saya sudah sering ikut di dalam sinode para uskup, para kardinal, saya kira sudah bisa membayangkan siapa nanti yang akan banyak berbicara,” ujarnya santai.
Proses conclave digelar secara rahasia dan tertutup, sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh kongregasi para kardinal di Roma. Semua kardinal akan disumpah untuk menjaga kerahasiaan penuh atas jalannya pemilihan. Selain itu, suasana pemilihan juga sangat spiritual, dipenuhi oleh momen doa dan perenungan.
Suharyo pun menekankan bahwa peran Roh Kudus menjadi sangat penting dalam proses ini.
“Pemilihan paus itu bukan sekadar pilihan para kardinal, tetapi juga berdasarkan bimbingan Roh Kudus, karena suasananya penuh doa-doa,” kata dia.
Menanggapi munculnya pertanyaan apakah dirinya berpeluang menjadi paus, Kardinal Suharyo secara tegas menyatakan bahwa menjadi paus bukanlah impian atau jenjang karier yang ia kejar.
“Dipilih menjadi paus itu bukan ambisi. Menjadi paus itu bukan jenjang karier yang semakin naik. Itu persis yang sebaliknya. Kalau orang bercita-cita menjadi paus, itu, maaf ya, bodoh,” tegasnya dalam konferensi pers 24 April lalu.
Nama Suharyo memang tidak muncul dalam spekulasi daftar kandidat potensial yang ramai diberitakan media. Kandidat kuat yang disebut-sebut meliputi Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina, Kardinal Charles Bo dari Myanmar, Kardinal Malcolm Ranjith dari Sri Lanka, hingga Kardinal Robert Sarah dari Guinea.
Namun, dalam sejarah Gereja Katolik, tidak jarang paus terpilih justru berasal dari luar daftar spekulasi publik.
(Redaksi)